Lagipula, biaya tersebut tidak dengan syarat harus membayar uang pangkal atau uang gedung.
-- Samuel Wiyono
Demikian diungkapkan Ketua Pertukaran Mahasiswa dan Pengajar Asing Beijing Language & Culture Institute (BLCI), Samuel Wiyono, di sela acara 11th China Education Fair 2010, Minggu (28/11/2010), di Jakarta. Selain menawarkan pendidikan mulai dari belajar bahasa Mandarin, lanjut dia, China juga menawarkan program Diploma/Foundation dari Inggris atau Australia, hingga kuliah untuk gelar Sarjana (S-1) dan Pascasarjana (S-2) dalam berbagai bidang studi, baik dalam pengantar bahasa Mandarin atau bahasa Inggris.
"Bahasa Mandarin kini semakin populer dan keuntungannya adalah di China terdapat program pengantar menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Mandarin dan Inggris, sementara di Eropa atau AS tidak ada pengantar Mandarin. Jadi, ada dua keuntungan sekaligus," ujar Samuel.
Kedua, dari segi biaya, China dinilai lebih menguntungkan karena lebih murah ketimbang ke Eropa atau AS. Samuel menuturkan, belum lagi perbedaan biaya hidup, karena negara-negara studi di Eropa atau AS tentu jauh lebih mahal.
Contohnya, lanjut Samuel, uang sekolah atau belajar bahasa Mandarin atau gelar sarjana (S-1) di universitas pemerintah/negeri dipatok mulai 12.000 RMB per tahun atau sekitar Rp 16,5 juta. Sementara untuk gelar S-1 menggunakan bahasa Inggris, biaya kuliah yang ditawarkan mulai 12,800 RMB per tahun atau sekitar Rp 17,2 juta.
“Lagipula, biaya tersebut tidak dengan syarat harus membayar uang pangkal atau uang gedung,” imbuhnya.
Bagi yang memeroleh universitas negeri juga lebih untung. Samuel mengatakan, ada subsidi biaya tinggal bagi mereka yang berhasil masuk di universitas negeri.
"Karena paling tidak ada lima universitas negeri yang menawarkan subsidi gratis asrama berbentuk hotel atau apartemen di lima kota besar China seperti Ningbo, Nanchang, Hefei, Suzhou, dan Nanjing untuk program tertentu. Ini tentu lebih hemat,” jelasnya.
Sementara itu, lanjut Samuel, daya tarik ketiga adalah kemajuan bisnis dan ekonomi China di kancah dunia. Kemapanan dan stabilitas ekonomi China saat ini setidaknya memberikan jaminan bagi para pelajar Internasional, bahwa murahnya biaya kuliah tidak tergoyahkan oleh krisis.
"Saat ini beberapa universitas di Eropa dan AS pun mulai membuka perwakilan kampusnya di China dan ini jadi lebih murah. Sementara dengan Indonesia, perayaan 60 tahun hubungan diplomatik RI-China jelas mengutungkan pelajar dalam hal birokrasi antarkedua negara, termasuk kerjasama beasiswa," imbuh Samuel.